Selasa, 15 Mei 2018

MENGENAL KELAPA SAWIT (Penyusun : Aji Baghaskara)



MENGENAL KELAPA SAWIT
Penyusun : Aji Baghaskara
Sawit merupakan Ladang Terbesar di Indonesia. Lahan Terbesar sawit berada di Pulau Sumatra. Jutaan hektar perkebunan sawit Indonesia mampu menjadi pemasok nomor 1 dunia dengan nilai ekspor mencapai miliyaran dolar setiap tahunnya. Sehingga sawit merupakan penyumbang devisa terbesar negara Indonesia. Bisnis kelapa sawit ini juga menyerap tenaga kerja Indonesia hingga 3 juta. Kepemilikan warga (petani kecil) 40,28 pesen, Perkebunan negara 6,61 persen, dan Perusahaan swasta sebesar 53,12 persen.

Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan 2017
Pertumbuhan kelapa sawit tidak terbatas, tapi menurut pertimbangan ekonomisnya hanya sampai umur 25 tahun dengan ketinggian 10-11 m (Lubis et al. 1989). Kelapa sawit tumbuh baik pada ketinggian 0-400 m dpl,suhu udara rata-rata 22-230C, kelembaban udara 50-90% dengan kelembaban udara optimal 80%. Tanah yang baik untuk pertumbuhan kelapa sawit yaitu tanah yang memiliki pH netral.
Kelapa sawit mempunyai perakaran kebawah dan menyamping, untuk bernafas akar terdapat akar yang tumbuh kesamping atas permukaan tanah. Pada satu pohon tumbuh bunga jantan dan betina namun berbeda tingkat kematangannya yang mengakibatkan jarang terjadi penyerbukan sendiri.
Pada buah kelapa sawit terbagi atas 4 bagian, yaitu eksokarp (kulit buah), mesokarp (daging buah), endokarp (sabut/tempurung), kernel (inti/biji). Di Indonesia terdapat 2 jenis varietas yang di tanam, yaitu Elaesis guineensis dan Elaesis oleifera. Elaesis guineensis memiliki tingkat produksi yang sangat tinggi namun mempunyai pohon yang tinggi pula, berkebalikan dengan Elaisis oleifera yang mempunyai pohon yang pendek sehingga mudah saat melakukan panen, namun produksinya lebih rendah karena sulit melakukan penyerbukan. Namun untuk menghasilkan pohon yang pendek dan menghasilkan produktivitas yang tinggi, seringkali kedua varietas tersebu disilangkan.
Dari ketebalan cangkang kelapa sawit dibagi menjadi 3: Dura, Pisifera, Tenera. Dura mempunyai cangkang kelapa sawit yang tebal dengan kandungan minyak sawit sebesar 18%, dan seringkali dikabing hitamkan sebagai pemerpendek umur mesin pengolah kelapa sawit menjadi CPO. Pisifera tidak memiliki cangkang, namun buah ini sulit berbuah karena bunga betinanya steril. Lalu yang terakhir adalah Tenera, yaitu hasil persilangan dari induk dura dan pisifera yang menghasilkan daging buah 90% dengan kandungan minyak 28%.
Kelapa sawit memiliki hama yang sangat mengganggu, diantaranya adalah ulat api dan ulat kantung. Pada sebuah pengkajian tingkat penurunan akibat terserangnya hama ini yang menyerang pada daun kelapa sawit akan mengurangi tingkat produktivitas kelapa sawit itu sendiri. Penurunan tingkat kelapa sawit dapat mencapai 35% dari hasil produktivitasnya.
Produktivitas tanaman kelapa sawit secara umum pada lahan klas S1, S2 dan S3 dalam siklus umur 3 – 25 tahun, untuk lahan klas S1 rata-rata produksi 24 ton/ha/tahun, jumlah tandan 11/pokok/tahun, rata-rata berat tandan 21 kg; lahan klas S2 rata-rata produksi 22 ton/ha/tahun, jumlah tandan 10/pokok/tahun, rata-rata berat tandan 20 kg; lahan klas S3 rata-rata produksi 20 ton/ha/tahun, jumlah tandan 10/pokok/tahun, rata-rata berat tandan 19 kg.
Urutan pekerjaan panen adalah sebagai berikut :
1.    Potong semua pelepah rapat dengan batang jangan sampai ada yang tertinggal menggantung (sengkleh), dengan ketentuan sebagai berikut :
·       Untuk panen awal umur tanaman 3-4 tahun yang dipotong hanya pelepah kering saja
·       Untuk panen pada tanaman umur 5-6 tahun, sisakan tiga pelepah di bawah buah paling rendah (songgo tiga)
·       Untuk panen pada tanaman umur 7-10 tahun sisakan dua pelepah (songgo dua) 
·       Untuk panen tanaman umur 11 tahun keatas sisakan satu pelepah (songgo satu) di bawah buah paling rendah.
(pemotongan dilakukan untuk mempermudah pengerjaan, mengusahakan pelepah yang masih produktif atau berdaun hijau, meningkatkan produktivitas tanaman untuk menghasilkan tandan buah segar, dan menghindari penyakit busuk pelepah)
2.    Potong buah yang masak. Tangkai buah dipotong rapat, tapi jangan sampai terkena tandan.
3.    Korek dan “sogrok“ semua brondolan yang tersangkut/terselip diketiak pelepah.
4.    Susun pelepah di gawangan mati.
5.    Kumpulkan brondolan, tapi masih tetap di piringan dan bebas dari sampah – sampah.
6.    Pindah (maju) ke pokok berikutnya.
7.    pemanen harus langsung mengeluarkan buah ke TPT (Tempat Pengumpulan Hasil) disusun rapi dan diberi nomer pemanen.
Proses Pengolahan Pabrik Kelapa Sawit
Kualitas hasil minyak CPO (Rendemen) yang diperoleh sangat dipengaruhi oleh kondisis buah (TBS) yang diterima dan diproses oleh pabrik. Sedangkan proses pengolahan dalam pabrik hanya berfungsi meminimalkan kehilangan (loses) dalam proses pengolahannya.
1.    Tandan buah Segar (TBS) diangkut ke lokasi Pabrik menggunakan truk. Sebelum dimasukan ke dalam Loading Ramp, Tandan Buah Segar tersebut harus ditimbang terlebih dahulu.
2.    Penyortiran . TBS yang diterima pabrik harus diperiksa tingkat kematangannya. Kematangan TBS mempengaruhi terhadap rendemen minyak dan ALB (Asam Lemak Bebas / FFA = Free Fatty Acid)
·         TBS Mentah, Rendemen berkisar antara 11% – 14%,  Kadar ALB = 1,3% – 2,0%
·         TBS Setengah matang / Mengkal, Rendemen 14% – 18%. ALB = 1,7% – 2,4%
·         TBS Matang, Rendemen 18% – 23%.  ALB = 2,2% – 3%
·         TBS lewat matang 23% – 26%.  ALB = 3,0% – 3,6% 
(Rendemen adalah perbandingan jumlah minyak yang dihasilkan dari ekstraksi)
Catatan : Kadar Rendemen yang diperoleh dan besaran persentase ALB tergantung pada jenis TBS yang diolah dan juga bergantung pada berapa lama TBS masuk ke tahap pengolahan sejak dipanen dari kebun. Setelah TBS di panen, semakin lama waktu jeda untuk diolah, semakin tinggi kadar ALB yang akan dihasilkan
3.    Perebusan. Proses perebusan ini dimaksudkan untuk mematikan enzim-enzim yang dapat menurunkan kualitas minyak CPO. Disamping itu, juga dimaksudkan agar buah sawit mudah lepas dari tandannya (berondolan), mengurangi peningkatan asam lemak, menurunkan kadar air dan memudahkan pemisahan daging buah sawit dari cangkang dan inti. Proses perebusan ini biasanya berlangsung selama 90 menit dengan menggunakan uap air yang berkekuatan antara 280 sampai 290 Kg/ton.
4.    Perontokan Buah dari Tandan. Pada tahapan mesin Threser, buah yang masih melekat pada tandannya akan dipisahkan dengan menggunakan prinsip bantingan, sehingga buah tersebut terlepas. Hasil stripping (perontokan) tidak selalu 100%, artinya masih ada brondolan yang melekat pada tangkai tandan. Untuk mengatasi hal ini, maka dipakai sistem “Double Threshing”.
5.    Digester. Tujuan dari penggunaan Digester adalah untuk memisahkan daging buah sawit terlepas dari biji (nut) nya. Dalam proses pengadukan Digester ini digunakan uap air yang temperaturnya selalu dijaga agar stabil antara 80° – 90°C. Didalam digester tersebut buah atau berondolan yang sudah terisi penuh diputar atau diaduk dengan menggunakan pisau pengaduk yang terpasang pada bagian poros, sedangkan pisau bagian dasar sebagai pelempar atau mengeluarkan buah dari digester ke screw press.
6.    Screw Press. Fungsi dari Screw Press adalah untuk memeras berondolan yang telah dicincang, dilumat dari digester untuk mendapatkan minyak kasar.  Oleh adanya tekanan screw yang ditahan oleh cone, massa tersebut diperas sehingga melalui lubang – lubang press cage minyak dipisahkan dari serabut dan biji. Selanjutnya minyak menuju stasiun clarifikasi, sedangkan ampas dan biji masuk ke stasiun kernel. Minyak kasar tersebut ditampung pada Crude Oil Tank, untuk dilakukan pemisahan kandungan pasirnya pada Sand Trap yang kemudian dilakukan penyaringan menggunakan Vibrating Screen. Minyak dari oil tank kemudian dialirkan ke dalam Oil Purifier untuk memisahkan kotoran / solid yang mengandung kadar air. Selanjutnya dialirkan ke Vacuum Drier untuk memisahkan air sampai pada batas standard. (Harga CPO 2500/kg)
Proses Pengolahan Biji Sawit dan Fiber
Telah dijelaskan sebelum nya bahwa setelah proses pengepresan akan menghasilkan Crude Oil, biji sawit / nut dan Fiber. Berikut ini akan dijelaskan secara singkat proses pengolahan biji sawit dan fiber / Serabut sawit:
1.    Cake Breaker Conveyor (CBC). Fungsi dari Cake Breaker Conveyor adalah untuk membawa dan membantu memisahkan gumpalan yang terdiri dari biji sawit / nut dan Fiber (serabut) yang berasal dari stasiun Press ke depericarper.
2.    Depericarper. Fungsi dari Depericarper adalah untuk memisahkan fiber dengan nut dan membawa fiber untuk menjadi bahan bakar boiler.
3.    Nut Silo. Fungsi dari Nut Silo adalah tempat penyimpanan sementara nut sebelum diolah pada proses berikutnya. Bila proses pemecahan nut dengan menggunakan nut Craker maka nut silo harus dilengkapi dengan sistem pemanasan (Heater).
4.    Riplle Mill. Fungsi dari riplle Mill adalah untuk memecahkan nut.
5.    Claybath. Fungsi dari Claybath adalah untuk memisahkan cangkang dan inti sawit pecah yang besar dan beratnya hampir sama dengan menggunakan cairan Calsium Carbonat. Bila campuran cangkang dan inti dimasukan kedalam suatu cairan yang berat jenisnya diantara berat jenis cangkang dan inti maka untuk berat jenisnya yang lebih kecil dari pada berat jenis larutan akan terapung diatas dan yang berat jenisnya lebih besar akan tenggelam. Kernel memiliki berat jenis lebih ringan dari pada larutan calcium carbonat sedangkan cangkang berar jenisnya lebih besar.
6.    Hydro Cyclone. Berfungsi untuk mengutip kembali inti sawit yang ikut terbawa ke cangkangm dan mengurangi losis dan kadar kotoran.
7.    Kernel Dryer. Fungsi dari Kernel Dryer adalah untuk mengurangi kadar air yang terkandung dalam inti produksi. Jika kandungan air tinggi pada inti akan menyebabkan tumbuh / muncul nya jamur pada inti dan juga dapat mempengaruhi nilai penjualan, karena jika kadar air tinggi maka ALB juga tinggi. Pada sebagian PKS ada yang menggunakan yaitu atas 50 derajat, tengah 60 derajat, dan bawah 70 derajat celcius.
8.    Kernel Storage. Fungsi dari Kernel ini adalah untuk tempat penyimpanan inti produksi sebelum dikirim keluar untuk dijual.
9.    Kernel- Pressing. Pengepresan biji kernel untuk menghasilkan palm kernel oil. Lalu masuk ke tahap pembersihan minyak kernel sawit. (kenel sawit – 4000/kg, kernel oil – 4300/kg)
Luas Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia Tahun 2016
No
Daerah
Luas Lahan (Ha)
Produksi (ton)
1
Sumatra
7.191.738
22.687.079
2
Jawa
35.739
64.390
3
Kalimantan
4.178.992
9.447.576
4
Sulawesi
387.671
825.124
5
Maluku + Papua
120.359
205.213

Indonesia
11.914.499
33.229.381
Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan
Produk-Produk Dari Kelapa Sawit
1.      Produk turunan CPO. Produk  turunan CPO  selain minyak makan  dapat dihasilkan
·      Margarine (kandungan minyak sawit 80%) harga 43.000/kg
·      Ice creams (kandungan minyak sawit 3-9%) 100.000-150.000/liter
·      Instans Noodle (kandungan minyak sawit 5%)
·      Bio Diesel (Kandungan CPO 15%) harga 8300/liter
2.      Produk Turunan Minyak Inti Sawit. Dari produk  turunan  minyak inti sawit dapat dihasilkan Shampoo Kosmetik Sabun dan Detergent (Kandungan minyak sawit 40-60%) 45.000/liter
3.      Produk Turunan Oleochemicals kelapa sawit. Dari produk  turunan  minyak kelapa sawit dalam bentuk oleochemical dapat dihasilkan  Methyl Esters, Plastic, Textile Processing, 

Produksi  Kelapa Sawit dari Tahun ke Tahun

2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
Produksi
(juta ton)
 19.2
 19.4
 21.8
 23.5
 26.5
 30.0
 31.5
 32.5
 32.0
Export
(juta ton)
 15.1
 17.1
 17.1
 17.6
 18.2
 22.4
 21.7
 26.4
 27.0
Export
(milyar dollar AS)
 15.6
 10.0
 16.4
 20.2
 21.6
 20.6
 21.1
 18.6
 18.6
Luas Areal
(juta ha)
 -
-
-
 -
  9.6
 10.5
 10.7
 11.4
 11.8
Sumber: Indonesian Palm Oil Producers Association (Gapki) & Indonesian Ministry of Agriculture

Produksi CPO Dunia
Negara
 Produksi
(ton metrik)
Indonesia
36,000,000
Malaysia
21,000,000
Thailand
 2,200,000
Kolombia
 1,320,000
Nigeria
   970,000
Dunia
58,800,000
Sumber: Index Mundi

Permintaan CPO Indonesia dari Berbagai Negara
Negara
2016 (juta ton)
2017 (juta Ton)
Persentase naik
India
5,79
7,63
32%
Afrika
1,52
2,29
50%
China
3,23
3,73
16%
Uni Eropa
4,37
5,03
16%
Pakistan
2,07
2,21
7%
Amerika Serikat
1,08
1,18
9%
Bangladesh
0,992
1,26
36%
Timur Tengah
1,9
2,12
7%
Sumber : data GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia) 2017
Jika pada 2016 nilai ekspor CPO dan produk turunannya (belum termasuk biodiesel dan oleochemical) sebesar USD18,22 miliar, tahun ini melejit di angka USD22,97 miliar. (https://perkebunannews.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar